Wednesday, June 2, 2021

SEPOTONG KISAH SEJARAH DI BALIK ROMANSA


 "Jangan pernah menitipkan mimpi atau benci kepada anak cucumu karena mereka memiliki takdir dan garis nasibnya sendiri." (Soegeng Soejono)


Sahabat, apakah kalian pernah merasakan dipaksa bungkam oleh suatu keadaan? Dituduh melakukan hal yang tidak kalian lakukan tanpa bisa membela diri? Pasti nyesek banget rasanya. Demikianlah yang terjadi dengan sosok Eyang Soegeng Soejono, seorang saksi sejarah yang hampir tergerus zaman.

Beliau adalah sosok yang dieksilkan alias dipinggirkan sejarah akibat peristiwa G 30S PKI di tahun 1965. Pada era 60-an, Eyang termasuk putra bangsa terbaik yang beruntung dikirim Presiden Soekarno untuk belajar ke Praha, ibu kota Cekoslowakia (kini Czech Republic). 

Di samping kelak ingin mempersembahkan ilmu yang didapat untuk bangsa dan negara, sosok yang kini berusia 82 tahun ini juga berniat untuk mengangkat derajat hidupnya demi seseorang yang dicintainya. Intinya, tujuan hidupnya saat itu hanya satu, menaklukkan dunia dengan ilmu yang didapat serta kembali ke Indonesia secepatnya agar dapat mengabdikan diri.

Namun, untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak. Eyang malah dituduh menjadi antek-antek Soekarno dan cenderung mendukung PKI. Akhirnya, beliau dihadapkan pada dua pilihan, mengakui hal yang dituduhkan dan bisa kembali ke Indonesia atau menolak dan tidak bisa menghirup udara tanah kelahiran yang dicintainya lagi. Sungguh dilema, dua pilihan yang amat sulit.

Soegeng muda dengan tegas tidak mengakui hal yang memang tidak diperbuatnya. Untunglah, negara asing tempat beliau menuntut ilmu bersedia menampung para pemuda yang tidak bisa kembali ke Indonesia. Akibatnya, beliau serta puluhan pemuda lainnya saat itu harus terlunta-lunta di negeri asing untuk bertahan hidup sambil terus belajar.

Namun, meskipun sudah diperlakukan tidak adil, meski kewarganegaraannya tercerabut, Eyang masih mencintai tanah kelahirannya, Indonesia tercinta. Sesungguhnya, Soegeng Soejono dkk bukan hanya saksi sejarah, tetapi mereka adalah sejarah itu sendiri.

Sekelumit kisah sosok Soegeng Soejono inilah yang menginspirasi cerita novel berikut.


IDENTITAS BUKU


Judul Novel: KEKASIH SEMUSIM

Penerbit: Falcon

Penulis: Dini Fitria

Tebal: 412 halaman

Tahun Terbit: 2021

ISBN: 978-602-6714-63-3


Kayana adalah seorang mahasiswi tingkat akhir yang cerdas. Di tengah kesibukannya di kampus, dia juga menjalani status sebagai influencer, vlogger, sekaligus selebgram yang berlimpah kontrak kerja. Gadis ini memiliki single mother, Nina, seorang penulis yang sudah melahirkan banyak karya.

Menghabiskan waktu sejak kecil hanya bersama seorang ibu membuatnya merindukan kasih sayang dari sosok ayah. Namun, sejak dia tumbuh dewasa sang ibu bertindak over protective. Bahkan, sangat membatasi pergaulan Kanaya dengan yang namanya laki-laki. Pokoknya, intinya dia dilarang pacaran (emang bener emaknya, jangan dekati zina, hehe).

Konflik cerita pun dimulai. Perkenalannya dengan Reno, pria mapan yang usianya jauh di atasnya, membuatnya merasa nyaman dan tergoda untuk melakukan pacaran diam-diam (backstreet). Kanaya seakan menemukan sosok seorang ayah dalam diri Reno. 

Namun, ibunya serta kedua sahabatnya (Cindy dan Abi) mulai mengendus adanya hal yang tak beres dari sikap Kanaya. Pasalnya, penampilan Kanaya mulai berubah drastis. Dia kerap mengenakan barang-barang branded yang tak lain adalah pemberian dari Reno. 

Tak ayal lagi, banyak gosip dari haters di dunia maya yang berembus. Kanaya dicurigai menjalin hubungan dengan seorang sugar daddy. Hal ini membuat kariernya sebagai influencer mulai terancam. Banyak klien yang membatalkan kontrak kerjanya. Sahabat sekaligus manajernya, dibuat kalang kabut. 

Namun, Kanaya bergeming. Rasa cintanya terhadap Reno semakin membuncah. Kesempatan untuk lebih dekat dengan lelaki pujaannya yang berada di Eropa semakin besar ketika Nina mengajaknya pergi ke Praha demi kepentingan proyek penulisan. Nina harus bertemu dengan Soegeng Soejono (Eyang Yono) untuk menyusun biografi pelaku sejarah tersebut.

Sosok Reno yang seumuran dengan ibunya serta situasi Praha yang bernuansa klasik membuat Kayana mulai meminati hal-hal yang berbau sejarah (hal yang tidak disukai sebelumnya).

"Semua masa itu berharga sesuai dengan waktu terjadinya. Bila tak ada masa lalu, mana mungkin ada hari ini. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari sebuah kejadian." (halaman 93)

Tak berbeda jauh dengan putrinya, Nina juga banyak belajar dari sosok Eyang Yono, narasumbernya. Seorang pribadi yang sudah kenyang makan asam garam kehidupan.

"Hidup itu lucu, Nina. Sesuatu yang ditangisi dulu, justru sangat mudah kita tertawakan hari ini. Setiap luka itu obatnya cuma satu, waktu." (halaman 121).

Tak bisa dimungkiri, sosok tua itu pun dapat melihat adanya masalah yang terpendam cukup lama dalam diri Nina. Perkataan-perkataan bijak dari Eyang membuat Nina memperkenalkan beliau kepada Kanaya. Tanpa disadari, ibu dan anak tersebut banyak menyesap arti kehidupan dari sosok sepuh tersebut.

"Banyak orang tua yang ingin menitipkan mimpi-mimpi mereka kepada anaknya, tetapi lupa kalau anaknya bukan mereka. Kita hanya bisa mengantarkan mereka kepada versi terbaik sebagai manusia. Selebihnya, biar mereka yang memilih." (halaman 376)

Lalu, misteri apa yang masih disimpan Nina sejak bertahun-tahun silam hingga dia sangat membenci laki-laki? Siapa dan bagaimana sosok Reno yang sesungguhnya? Bagaimana benang merah antara Eyang Yono, Nina, Reno, dan Kanaya? 

Penasaran, kan? Kalian musti baca sendiri novelnya, ya. 



TENTANG PENULIS


Dini Fitria, penulis kelahiran Padang 39 tahun silam ini memulai debutnya di bidang sastra sejak 2013 silam. Novel Kekasih Semusim ini merupakan bukunya yang ke-4. 

Bagi Sahabat yang gemar menonton program Jazirah Islam yang tayang di Trans 7 sekitar tahun 2013-2015, pasti tak asing lagi dengan wajah rupawan penulis yang satu ini. Yup, bener banget, Dini Fitria adalah host dari acara tersebut. 

Tak mengherankan jika semua novel yang ditulisnya terispirasi dari kisah nyata. Buku-bukunya berlatar belakang negara-negara yang telah dijelajahi serta kejadian yang dialaminya. 

Untuk lebih mengenal Mbak Dini Fitria, kalian bisa intip medsosnya, ya. @diary.dinifitria (IG), @dinifitria_author (Tweeter), Dini Fitria (Youtube).

Mb Dini bersama Eyang Yono
Sumber: IG @diary. dinifitria


REVIEW


Bagi kalian yang gemar berpetualang atau melanglang buana, wajib baca novel ini, loh. Apalagi yang ingin dan belum kesampaian  mengunjungi negara-negara di Eropa Timur, khususnya Kota Praha dan Austria. 

Pasalnya, mulai bab 6 hingga akhir kalian akan dibawa melancong ke Praha dan Austria oleh sang penulis. Penggambaran kota dengan lebih dari 1.000 kastil dan budaya klasik lainnya ini sangat jelas. Seakan pembaca ikut menapakkan kaki di jalanan setapak kuno berbatu-batu.

Ikon-ikon Praha, seperti The Orloj (jam raksasa), Prague Castle, Charles Bridge, gedung Rumah Menari, dll disuguhkan secara detail. 

Tak kalah dengan kota Praha, penulis juga mendeskripsikan ikon-ikon Austria dengan gamblang. Seperti Kota Salzburg (tanah kelahiran komponis legendaris, Mozart), Kota Fischerndorf, Bukit Loser Bergbahnen Altaussee,  dll. 

Novel ini cocok dibaca oleh lintas generasi yang ingin mengetahui sepotong sejarah yang tidak banyak terungkap. Percakapan antar tokoh sangat berisi, tetapi dapat dicerna dengan mudah karena alur cerita tidak berbelit serta menggunakan bahasa ringan.

Pesan penulis yang ingin disampaikan melalui novel ini berhasil dipaparkan penulis dengan apik, yakni tentang cinta ibu kepada anaknya, cinta anak kepada ibunya, cinta wanita kepada prianya, serta cinta anak bangsa terhadap negerinya.  

Pokoknya keren banget novel ini. Menyuguhkan gaya hidup kekinian, seperti sugar daddy dan sugar baby yang lagi marak. Mengangkat pula tentang kehidupan sosok selebgram yang harus tanpa cela di mata netizen, hmm. 

Sayang sekali sosok Oma, istri Eyang Yono kurang diangkat ke permukaan. Mungkin penulis memang merasa kurang perlu menampilkan sosok tersebut, ya. 

Namun, yang pasti dari novel ini saya baru tahu, lho, kalau merek sepatu Bata itu aslinya dari Ceko, hahaha. 

Jangan lupa, dengan membeli novel ini, artinya kalian ikut berkontribusi untuk kalangan yang membutuhkan karena royalti novel ini pure akan disumbangkan kepada yayasan sosial. 

 

Happy reading,