Wednesday, January 30, 2019

Menggali Makna Hidup dari Sosok Pak Kawit



Membina rumah tangga mengharuskan saya untuk berpisah dari orang tua. Awalnya memang terasa kurang nyaman. Bagaimana tidak, setelah sekian lama berkumpul dengan orang tua, kini saya harus mampu mandiri. Mau tak mau, jika sudah berkeluarga, memang sebaiknya tinggal terpisah dari orang tua, ya. 

Berpindah dari pedesaan ke kota membuat saya kehilangan pemandangan yang sejuk. Di desa disuguhi alam ijo royo-royo. Sementara, di kota lahan persawahan makin habis. Terkikis menjadi bangunan perumahan. Konon, rumah yang saya  tempati ini pun awalnya adalah sebuah lahan pertanian.


๐ŸŒฒ๐ŸŒฒ๐ŸŒฒ


Pantas saja, udara kota Malang yang dulu dingin menggigit, kini sedikit menjadi gerah. Dahulu kipas angin di rumah jarang terpakai.  Sekarang, benda yang satu ini sering berjasa mengusir hawa panas. 


Namun, saat melintas di ujung kompleks, tak sengaja mata saya tertumbuk pada sebuah lahan hijau. Jalan ini memang sudah lama tidak saya lewati. Kavling kosong ini, beberapa bulan lalu terlihat kumuh karena dijadikan tempat pembuangan sampah oleh oknum tak bertanggung-jawab.

Olala, kini kondisi tersebut berubah drastis. Layaknya di desa, tanah ini telah disulap menjadi sebuah tegal. Lahan tidur itu kini sudah ditumbuhi aneka sayuran. Wow, kreatif bener, nih, pemiliknya. Mata saya jadi seger melihat hijaunya tanaman terung, kacang panjang, singkong, ditambah variasi warna merah cabe.

Mulai menanam benih lagi

Usut punya usut, ternyata oknum bertangan dingin yang telah berhasil menyulap lahan ini adalah lelaki renta yang sering terlihat salat berjamaah di masjid kompleks. Ah, saya makin penasaran dengan sosok beliau.

Namanya Pak Kawit, tetapi warga kompleks sering memanggilnya Pak Bendot karena wajahnya mirip dengan tokoh yang terdapat dalam sinetron si Doel๐Ÿ˜. Beliau tinggal di gubug yang didirikannya di sudut lahan. Meski telah berusia 80 tahun, sosoknya masih terlihat gahar. Perjuangan hidup yang dilakoninya membuat fisiknya terlihat lebih muda dari usianya. Walaupun telah lanjut usia dan ditinggal sang istri menghadap Sang Khalik, beliau enggan menggantungkan hidup kepada anak-anaknya. Uh, sosok yang tangguh!

Tanah yang diolah adalah milik seorang pejabat yang telah bertahun-tahun menjadi majikannya.

     "Daripada lahan ini nganggur,  lebih baik saya jadikan kebun  supaya bermanfaat," kata beliau simpel.

Berawal dari pemikiran sederhana itu, tanpa disadari beliau sudah menebarkan manfaat besar. Kompleks tempat saya tinggal menjadi bertambah 'paru-parunya'. Buat Pak Kawit sendiri, hasil dari kebun ini dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan karena setiap panen, warga kompleks akan berbondong-bondong membeli karena harga lebih murah.

Yeay, panen!

Dari sosok Pak Kawit, saya dapatkan banyak pelajaran. Usia renta bukanlah halangan untuk tetap berdaya. Hidup enggak perlu ribet, cukup dengan perbanyak ibadah serta menebar manfaat. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang dapat bermanfaat untuk orang lain? Setujukah, Readers?


Salam blogger








Tuesday, January 8, 2019

Yuk, Jahit Sendiri Hijabmu

Pixabay

Readers ... hijab merupakan kebutuhan pokok bagi muslimah yang telah berhijrah. Modelnya pun kini beragam dan bisa disesuaikan dengan momen yang ingin dihadiri. Apapun itu, alangkah baiknya jika memilih model sesuai syariat, ya. Menutup dada serta berbahan tidak terlalu tipis sehingga dapat menjaga aurat dengan sempurna.


Harga hijab dengan kualitas bagus pun melambung karena banyaknya permintaan. Sepotong kerudung bisa dibandrol hingga ratusan ribu. Namun, jangan khawatir, kalian bisa, loh, membuatnya sendiri. 

Nah, apakah mesin jahit kalian hanya teronggok di sudut gudang? Cuma jadi pajangan di ruang keluarga? Yuk, jangan biarkan mesin berdebu dan berkarat. Sayang, kan, sudah beli mahal tetapi enggak dimanfaatkan.

Baca juga: Tetap Berdaya di Ranah Domestik dengan Menjahit

Berikut ini tutorial dasar sederhana membuat hijab. Readers, ini judulnya sewing for beginner, ya. So, buat kalian yang udah mahir, abaikan aja, he.

Alat dan bahan:
Gunting
Meteran
Kapur kain
Kain, panjang 1,5m dengan lebar 1,5m (harus segini, ya, lebarnya). Biasanya jenis cerruty, bubble crepe, atau wallpeach, ya.

Cara:
1. Jembreng kain di lantai atau meja potong


2. Buat garis a-b (keterangan di bawah)

3. Gunting, ambil bagian yang sempit atau potong sesuai panjang yang diinginkan.
Buang a-b-e.
Eh, maksutnya a-b-e engga dipakai, simpen ya, perca masih berguna, he.


Keterangan:
a-b : panjang muka, ukur mulai dahi atas ke bawah hingga sepanjang yang diinginkan. Ini dua kalinya, ya. Nanti jadi d-a,b (lihat gambar bawah) 

c-d : panjang belakang, ukur mulai dahi atas hingga belakang (punggung) sepanjang yang diinginkan. 


5. Lipat titik a ke arah b


Keterangan:
d-a,b: bagian muka
d-c: bagian belakang

6. Gunting dan rapikan c-a,b  sesuai model yang diinginkan. Contoh di bawah ini adalah hijab model pinguin. Bagian belakang lebih panjang dari muka.


7. Jahit kelim pinggirnya.

8. Sambung bagian muka.

Semoga bisa dimengerti gambar yang ala kadarnya ini.

Nah, kalian udah dapat satu hijab dalam  tempo singkat lo, paling waktu jahitnya engga sampai sejam, ya. FYI, harga kain sekitar 30 ribu/m, kalo 1,5m berarti 45 ribu plus harga benang 1.500.

Tadaa ... penampakannya kira-kira seperti gambar di bawah ini, ya. Jangan malu mengenakan hijab buatan sendiri, siapa tahu tetangga ada yang tertarik untuk order, ups mata duitan amat. ๐Ÿ˜†



So, dengan modal 46.500 rupiah, Readers sudah bisa membuat hijab kece, kan. Untuk kalian yang suka menggunakan pet, insyaallah jika ada waktu saya share di 'jahit hijab part 2', ya ๐Ÿ˜†. Yuk, peluk mesin jahit lagi.

Happy sewing, Readers!


 Salam,





Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community #day7



Sunday, January 6, 2019

Memetik Hikmah dari Sehelai Daun



"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya." Tere Liye

Kress ... suara daun kering terinjak pejalan kaki dan roda mobil yang lalu-lalang. Sekonyong-konyong bentuknya berubah menjadi remahan kasar dan halus. Bahkan, sebagian lenyap bersama hembusan angin. 


Sekilas, jika diperhatikan, helaian itu enggak menarik sama sekali. Banyak yang menganggapnya hanya onggokan sampah yang wajib dimusnahkan. Ah, begitu pula dengan manusia, kelak menua selanjutnya rapuh dimakan usia.

Jika jeli mencermati, ternyata ada hikmah yang dapat dipetik dari balik sehelai daun.
"Bu, apa manfaat daun untuk tumbuhan?" tanya adek saat mengerjakan tugas science. Tugas utama daun adalah sebagai tempat fotosintesis tanaman untuk menghasilkan energi. Layaknya sebuah dapur umum. Makanan yang dihasilkan pun enggak dinikmati sendiri, tetapi dibagikan untuk seluruh bagian.


Yup, daun enggak akan menunggu tua dulu untuk berguna. Jadi teringat akan masa muda yang banyak saya sia-siakan. Betapa mudahnya menunda pekerjaan, nanti dulu ... besok saja๐Ÿ˜ฅ.

Berteduh di bawah rimbunnya dedaunan akan terasa sejuk karena oksigen yang dihasilkannya. Daun juga pintar menyesuaikan diri. Saat musim kemarau tiba, helaian tua ini dengan sendirinya akan menggugurkan diri karena menjaga pohon tetap hidup.

Ah, pengorbanan yang luar biasa. Bisakah saya berlaku bijak di tengah beratnya beban hidup? Dalam deraan badai, iman dan akidah harus tetap dipertahankan.

Namun, di era teknologi sekarang ini, daun kering tak melulu dibakar. Helaian kecokelatan ini sudah naik kelas. Dapat dijadikan kompos dan aneka kerajinan tangan.

IG @karakterdaun

Hmm, ternyata, dari sehelai daun dapat diambil hikmah tentang arti besarnya pengorbanan dan keikhlasan. Namun, jangan sampai kita berakhir tragis, layaknya daun kering yang terinjak dan tergilas roda mobil. Pelajaran memang bisa didapat dengan seribu cara. Even dari onggokan sampah sekalipun.

So, jangan remehkan sehelai daun ya, Readers.


 Salam,




Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community #day6


Saturday, January 5, 2019

Mengenal Separation Anxiety Serta Solusinya

Rasanya baru kemarin saya menimang si sulung. Ah, enggak terasa kini telah berubah menjadi sosok ABG. Sudah mandiri dan berani tinggal di asrama pula. Terkadang, agak berat juga melepasnya.


Masih terbayang saat dia masih balita, enggak bisa berpisah sedikit pun dari saya. Susah sekali untuk 'bergerak'. Belanja di warung sebelah saja harus berjingkat tanpa suara. Bahkan saat saya BAB pun, si kakak selalu ngintil. Hal itu berlangsung hingga duduk di TK. Jadi, seharian saya harus pasang wajah di depan jendela sekolah agar selalu terlihat.

Untunglah, kejadian itu tidak berlangsung hingga dewasa. Menjelang masuk sekolah dasar, si kakak sudah mulai memiliki kepercayaan diri. Bahkan, sudah berani tampil di depan umum. Saya baru memahami jika si sulung mengalami separation anxiety, bentuk kecemasan atau ketakutan anak yang dirasakan saat berpisah dengan orang tuanya.


Hal ini wajar terjadi  karena anak menganggap orang tuanya adalah sosok yang paling bisa membuatnya merasa aman dan nyaman di dunia yang 'menyeramkan' ini. Orang tuanya lah yang pertama memberikan respon saat ananda memerlukan sesuatu, sehingga ada rasa ketergantungan pada ayah ibunya.

Ternyata, ada beberapa cara dalam menghadapi separation anxiety ini.

Motivasi

Bagi anak yang sudah dapat diajak berkomunikasi, lakukanlah bicara dari hati ke hati. Memberikan pengertian kepada anak bahwa ananda memang harus belajar menghadapi perpisahan karena merupakan bagian dari kehidupan.

Tepat Janji

Pastikan untuk selalu menepati jika membuat komitmen dengan buah hati untuk mendapatkan kepercayaan. Misalnya, saat mengantar sekolah dan berjanji akan menjemput sepulang sekolah, orang tua harus menepatinya.

Mengalihkan Perhatian

Sebelum meninggalkan si kecil, luangkan waktu untuk sejenak bermain bersama. Buatlah dia sibuk dengan mainan serta pengasuhnya dahulu.

Perhatikan Kondisi Anak

Pastikan untuk meninggalkan buah hati dalam keadaan kenyang dan kondisi bugar. Saat anak lapar serta mengantuk, pasti akan rewel berkepanjangan.


Luangkan Waktu

Untuk anak yang dititipkan di day care, awalnya mungkin akan mengalami kesulitan. Sediakan waktu untuk menemani si kecil hingga dia merasa cukup percaya diri saat ditinggal. Bawakan benda favoritnya agar anak merasa nyaman.

Permainan

Latihan untuk berpisah dengan ananda juga bisa dilakukan melalui permainan petak umpet atau ci luk baa. Dengan permainan ini, anak menjadi mengerti bahwa sesuatu yang hilang bisa kembali muncul. Nah, tentu si kecil akan merasa baik-baik saja ketika harus berpisah sesaat dengan orang tuanya.

Setiap orang tua pasti sangat mendambakan untuk selalu dekat dengan buah hati. Namun, jika yang terjadi malah ketergantungan berlebihan, akan berakibat tidak baik. Anak bisa tidak memiliki banyak teman karena enggan masuk sekolah sendiri.

Apakah Readers memiliki pengalaman yang sama? Share, yuk.


  Salam,




Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community #day5




Friday, January 4, 2019

Menumbuhkan Rasa Empati Anak

Masih segar dalam ingatan, menjelang awal tahun baru bencana alam menerjang beberapa daerah. Negara kita memang rawan mengalami gempa karena kondisi geografisnya terletak pada lajur sumber gempa yang aktif.


Kepanikan menyergap para korban dan masyarakat di sekitar bencana. Saya pun miris menyaksikan kondisi saudara-saudara kita melalui tayangan media. Jeritan dan tangis pilu terdengar dimana-mana dengan suasana mencekam. Masyaallah, apa jadinya jika saya yang mengalami kejadian tersebut. Bangunan runtuh, bumi terbelah. 

Saya teringat dengan firman Allah SWT, 
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan (yang dahsyat) dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya dan manusia bertanya, " Mengapa bumi (menjadi begini)?" Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Rabbmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya ... (Q.S. Al-Zalzalah)  


Selalu ada hikmah di balik setiap musibah.  Dunia ini memang fana, cepat atau lambat, kesenangan dan harta benda yang kita miliki bisa tercabut. Semoga Allah mengampuni kekhilafan para korban dan memberikan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan. Readers, para korban sangat membutuhkan bantuan. Sekecil apa pun bentuknya, pasti sangat berharga bagi mereka.

Inilah momen yang tepat untuk menumbuhkan rasa empati pada anak. Menurut KBBI, empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa dirinya dalam kondisi yang sama dengan orang lain. Rasa kemanusiaan ini harus dikenalkan sejak dini karena memerlukan proses. Perlu waktu untuk memastikan bahwa anak akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki rasa peduli terhadap orang lain.

  • Teladan
Memberikan contoh adalah cara mudah untuk mengenalkan hal baru pada anak karena mereka adalah peniru ulung. Ajaklah saat menjenguk teman yang sakit atau sedang dalam kesusahan.

  • Motivasi 
Mendorong anak untuk bersedia mendonasikan baju bekas layak pakai, mainan, atau buku-buku untuk anak korban bencana. Cara ini dapat melatih mereka untuk ringan tangan mengeluarkan bantuan.

  • Permainan
Menanamkan empati juga dapat dilakukan dengan cara bermain peran. Misalnya anak berperan sebagai dokter, ibu berpura-pura menjadi pasiennya. Si kecil akan belajar untuk merawat pasien dengan sabar dan lemah lembut.



  • Menghormati Perbedaan 
Berikanlah pengertian kepada anak bahwa di luar sana ada banyak teman dengan aneka latar belakang. Kekurangan orang lain bukanlah sebuah bahan ejekan. Memiliki banyak teman itu menyenangkan.

  • Apresiasi 
Saat si kecil bersedia berbagi, tak ada salahnya untuk memujinya agar kebaikan tersebut terus dilakukan. 

Mempunyai empati akan menjadikan anak untuk selalu bersyukur. Mereka akan bisa memahami kondisi orang lain, sehingga dapat memberi respon yang baik. Memiliki empati tinggi akan membuat hidup berdampingan menjadi damai.

 Salam,





Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community #day4

Gambar: pixabay


Pentingnya Mendampingi Anak Hadapi Unas

Pixabay

Saat penerimaan rapor semester pertama, wali kelas si kakak membahas perihal pernak-pernik yang berkaitan dengan kelulusan. Beliau juga menyinggung serangkaian kegiatan yang harus dijalani siswa kelas enam di semester akhir. 


Hampir dapat dipastikan jika kegiatan pembelajaran di semester akhir nanti akan padat. Mulai dari les, latihan soal, serta try out untuk menguji sejauh mana kesiapan siswa dalam menghadapi Unas. Hmm, tentu si kakak akan super sibuk mempersiapkan diri.

Ujian memang harus dihadapi oleh setiap murid. Mendengar kata Unas, umumnya hampir selalu menimbulkan ketegangan. Entah  bagi si anak atau orang tuanya. Bagaimana tidak khawatir? Setiap tahun soal semakin tinggi tingkat kesulitannya dan ada beberapa kejadian, murid yang pintar terkadang hasil ujiannya biasa saja.

Pixabay

Sebagai orang tua, sangat penting untuk memberikan dukungan serta mendampingi anak dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian. Buku-buku kumpulan  soal dari aneka penerbit pun saya beli untuk latihan di rumah. Ada juga beberapa hal yang patut diperhatikan.

  • Menjaga Kesehatan Anak
Penting sekali untuk mengingatkan anak agar cukup beristirahat. Jangan sampai pas hari H mengalami gangguan kesehatan yang berat. Tidur yang cukup akan membuat anak bisa berfikir jernih dalam menyelesaikan soal-soal ujian.

  • Motivasi 
Alangkah baiknya jika kita tidak menampakkan ketegangan di depan anak. Bersikap tenang dan memberikan dorongan agar timbul rasa percaya diri si anak. Memberikan pengertian kepada anak bahwa ujian adalah hal yang penting, namun harus tetap dihadapi dengan tenang.

  • Memberikan Asupan Sehat
Nutrisi juga diperlukan otak untuk berfikir serta meningkatkan daya ingat. Ada banyak sekali makanan bervitamin yang baik untuk kinerja otak. Ikan tinggi lemak, seperti salmon dan tuna mengandung omega 3. Kacang-kacangan serta telur mengandung protein untuk menghasilkan asam amino yang meningkatkan daya ingat. Cokelat rendah gula juga bagus untuk meningkatkan hormon endorfin untuk menciptakan perasaan tenang.

Pixabay

  • Reward
Perlu juga untuk mengapresiasi anak jika telah melaksanakan jadwal belajarnya dengan tertib. Memberikan pujian atau hadiah berupa mainan kesukaannya akan menambah semangat belajar anak.

  • D o a
Doa tulus dari orang tua untuk anak-anaknya adalah mustajab. Apalagi, saat akan menghadapi ujian. Tentu untaian doa sangat diperlukan buah hati agar diberikan kelancaran oleh Allah SWT.

Harapan saya, semoga kakak diberikan kemudahan dalam mengerjakan soal-soal ujian dan lulus dengan baik. Apakah Readers juga sedang mendampingi ananda menyongsong Unas? Share, yuk.




 Salam,





Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community #day3






Wednesday, January 2, 2019

Sepak Bola, Hobi yang Sarat Manfaat Bagi Anak



Dug ... dug ... prangg! Duh, ini pasti kerjaan Fahmi yang suka nendang bola di sudut ruangan rumah. Si bontot ini memang hobi banget main bola. Saat berlangsung Liga Satu kemarin pun tak pernah absen nonton. Bahkan, soccer adalah game yang selalu dipilihnya saat bermain PS.


"Buk, aku mau masuk sekolah bola (SSB)," pintanya suatu sore. Duh, saya enggak buru-buru mengiyakan permintaannya. Alasannya, ekskul di sekolah saja dia suka bosan. Awalnya ikut karate, kemudian drumband, dan terakhir ganti hadrah๐Ÿ˜‚. Nah, bagaimana nanti kalau sudah telanjur daftar di akademi sepak bola, yang SPP-nya menurut saya enggak murah? Bisa berabe, nih.๐Ÿ˜„

Sengaja saya tahan dulu keinginannya untuk beberapa bulan. Di samping itu, saya menganggap bahwa sepak bola kurang bermanfaat, anak hanya akan mendapatkan lelah dan sakit jika tersenggol lawan main. Namun, pendiriannya keukeuh tak tergoyahkan.

Akhirnya, suami memilih mendaftarkan adek di Akademi Arema. Memang banyak, sih, SSB yang ada di Kota Malang, tetapi di akademi tentu lebih terorganisir. Jadilah si adek menjalani sesi latihan seminggu empat kali setiap pulang sekolah.

Turnamen sekaligus refreshing di Bali

Enggak terasa, sudah setahun Fahmi belajar di akademi. Alhamdulillah, selalu semangat saat jadwal berlatih tiba. Turnamen antar klub pun sering dijalaninya. 

Setelah saya amati, ternyata  bermain sepak bola bukan hanya sebuah hobi yang menyenangkan, tetapi banyak manfaat yang didapat adek.

  • Sehat
Olah raga populer ini mengharuskan pemainnya untuk berlari cepat. Hal ini dapat melatih tulang serta ototnya. Anak akan lebih bugar dan sehat.  Sehingga, akan terhindar dari obesitas serta penyakit yang menyertainya.

  • Disiplin
Biasanya, coach akan memberikan punishment bagi anak yang terlambat berlatih. Sehingga, anak akan termotivasi untuk mempersiapkan diri lebih awal. Mulai dari sepatu, kostum, bola, serta air mineral.

  • Membentuk Karakter  Positif
Dalam sebuah pertandingan, seluruh anggota tim harus berkoordinasi untuk menghasilkan kemenangan. Kemampuan anak untuk saling berinteraksi antar teman pun akan terbangun dengan baik.


Latihan bareng bapak

  • Mengeratkan Hubungan Orang Tua dengan Anak
Saat bertanding, tentu sebagai orang tua, kita akan meluangkan waktu untuk mendampinginya. Anak akan merasakan adanya perhatian dan kasih sayang. Sehingga ikatan batin antara anak dengan orang tua semakin kuat.

  • Melatih Otak 
Selain dituntut untuk tangkas, bermain sepak bola juga harus memperhitungkan jarak bola dengan gawang serta mengatur strategi. Jadi, tidak hanya fisik yang kuat, otak pun akan sehat.

  • Menambah Teman
Mengikuti kegiatan olah raga yang melibatkan banyak pemain membuat anak memiliki jaringan pertemanan yang luas. Sehingga akan selalu bersemangat dan gembira menjalani sesi latihan.


Saya pun menjadi lebih bersemangat untuk mengantarnya berlatih. Ternyata, anggapan saya selama ini tidak sepenuhnya benar. Banyak banget manfaat dari olah raga sepak bola untuk anak.
Apalagi, tidak menutup kemungkinan, dari sekadar hobi menjadi prestasi yang membanggakan. Benar, enggak, Readers?


  Salam,





Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community #day2






Tuesday, January 1, 2019

Memilih Belajar di Pondok Pesantren


Pixabay

Alhamdulillah, enggak terasa sudah masuk di tahun 2019 aja. Ups, hampir lupa, hari ini ada jadwal untuk mendaftarkan si kakak masuk pondok pesantren. Untung saja ada teman yang mengingatkan. Tenggang waktu pendaftaran di pesantren yang kami tuju memang lebih maju dibandingkan dengan sekolah umum. Jadi,  harus gerak cepat jika tak ingin kehabisan kuota.

Sebenarnya, enggak tega juga untuk melepas sang kakak di pondok pesantren. Apalagi, ada seorang teman yang pernah menyarankan, sebaiknya untuk anak perempuan belajar bersama ibu di rumah. Saya pun setuju dengan pendapat ini. Namun, melihat pendirian Fifah yang keukeuh sejak kelas IV, kami pun insyaallah ikhlas memenuhi permintaannya.


Alasan lain yang membuat kami mengabulkan permintaannya adalah karena si kakak ini sudah cukup mandiri. Untuk urusan menyiapkan keperluannya serta pekerjaan rumah, sudah banyak yang dikuasainya. Biarlah, kelak di pondok dia belajar bergaul dengan banyak teman yang berbeda karakter.

Selepas sarapan kami bertiga segera bersiap menuju pondok. Enggak sampai setengah jam, sampailah di PP Daarul Ukhuwah Putri (PPDU) 1 Cemorokandang, Malang. Jarak tempuh yang dekat ini juga menjadi salah satu alasan kami untuk memilih PPDU. Tujuannya supaya memudahkan untuk menengok putri kami sewaktu-waktu. Meski Fifah sudah wanti-wanti enggak bersedia jika sering dikunjungi. Eh.


Bukan itu saja, jauh sebelum memilih PPDU, kami sudah melakukan survey.
  • Meminta referensi pesantren kepada ulama yang ada di lingkungan sekitar.
  • Bertanya kepada wali santri yang putranya sedang menuntut ilmu di pondok yang dituju. 
  • Datang langsung beserta si kakak. 
Berdasarkan review dari ulama yang kami kenal serta teman wali santri kami pun mantab memilih PPDU. Di samping itu, setelah berkunjung langsung ke lokasi, Fifah sudah merasa sreg dengan lingkungannya. 


Bismillah, akhirnya kami pun mendaftar. Untunglah antrean belum mengular. Alhamdulillah, formulir sudah kami dapat. Ujian serta pengumuman akan dilaksanakan pada bulan depan. Semoga Fifah lulus dan diterima di pondok impiannya guna bekalnya kelak di dunia serta akhirat. 

Tiada hal di dunia ini yang dapat membahagiakan kami, selain memiliki putri yang berilmu serta dapat mengaplikasikannya di kehidupan. Semoga langkah kami mengawali tahun 2019 diberkahi oleh Allah SWT. Mohon doanya, ya, Readers.


 Salam,





Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community #day1