Setiap kota memiliki pesona tersendiri. Apalagi di negara kita ini terdiri dari beragam etnik. Meskipun berada dalam satu provinsi, bisa jadi masih terdapat sedikit perbedaan adat. Walau saya bukan termasuk orang yang gemar travelling, tentu ada beberapa daerah yang pernah saya kunjungi.
Surabaya
Kota pahlawan ini mengajarkan saya tentang kerasnya dunia kerja, karena di sinilah pertama kali mengadu nasib untuk hidup mandiri. Kota ini terdiri dari beragam etnis. Seneng banget menyaksikan masyarakat keturunan Jawa, Madura, Arab, dan Tionghoa hidup berdampingan. Saya teringat meriahnya awal pembukaan Kya-Kya, pusat jajanan etnis Tionghoa di Kembang Jepun. Semua masyarakat Surabaya membaur di situ. Ah, jadi pingin lihat atraksi barongsai.
Meski pernah merasakan terendam banjir setinggi satu meter, tapi maraknya industri kota ini tetap menjadi daya tarik bagi saya. Sayang sekali, saat tinggal di Surabaya jembatan Suramadu belum terwujud.
B a t a m
Saya ingat betul, saat itu di penghujung tahun 90an (duh, berasa tua banget, hiks) krismon melanda. Dunia industri banyak yang gulung tiker. Hal ini mendorong saya untuk hijrah ke Kota Batam. Geliat lapangan kerja di kota ini tak terlalu terpengaruh oleh krismon.
Wow, suasananya seruu bin ngerii. Awal menginjakkan kaki di sini, kota ini seakan berteriak, "Hidup itu keras, Sista!". Untuk pertama kalinya dalam hidup tidak melihat lahan persawahan, hehe. Mungkin disebabkan jenis tanah yang kurang bagus untuk pembukaan lahan. Saya juga sering menyaksikan pergaulan yang amat bebas. Tinggal selama tiga tahun di Batam, membuat saya lebih memahami bahwa di luar sono ada dunia kelam. Hmm, kota yang enggak pernah tidur.
Namun, di kota inilah banyak budaya positif diterapkan. Saya belajar menerapkan budaya antri, kebersihan, serta kedisiplinan di Batam. Pokoknya semua serba rapih dan tertib. Seneng juga bertemu dengan teman senasib dari Sabang sampai Merauke tumplek bleg di sini.
Jombang
Sering ke kota ini karena merupakan daerah asal suami. Yang pasti, kami rutin mengunjungi mertua saat lebaran. Huft, sejauh ini kota-kota yang saya kunjungi masih berhawa panas. Untunglah Jombang memiliki suasana yang tenang.
Lantunan ayat-ayat suci sering dikumandangkan di sudut kota, namanya juga Kota Santri. Untuk pertama kalinya saya melihat sebuah kota dengan jumlah mall yang amat terbatas. Mungkin karena itulah, alun-alun Jombang di malam hari pengunjungnya membludak.
Yogyakarta
Selalu ingin lagi dan lagi pergi ke kota ini. Jogja ngangenii .... Mungkin karena saya suka banget dengan suasananya yang Jowo banget. Tetep ... favorit saya wedang rondenya, hehe. Udah pada tahu, kan, tentang kota ini. Semoga kelak bisa berkunjung lagi ke Kota Gudeg.
Malang
Hmm, Malang not just a city. It's my history, my home. Saya dilahirkan serta menetap di kota ini. Meski sekarang hawa dinginnya mulai terkikis dengan banyaknya perumahan, namun rasanya Malang tetep yang paling adem dari sekian banyak kota yang pernah saya singgahi. Pokoknya ga bisa lama-lama ninggalin kota ini, deh.
Saya jadi ingat seorang temen asli Malang yang merantau ke pulau lain. Sering menelepon hanya karena kangen sekadar ngomong boso walikannya Kota Ngalam, haha.
![]() |
Alun-alun Ngalam
Sebenarnya masih ada beberapa daerah yang pernah saya singgahi. Namun, kota-kota di atas adalah yang paling berkesan. Yuk, berbagi pengalaman, kota mana yang paling Readers suka?
Saya pling suka kota Yogyakarta, entah kenapa, rasanya selalu ada daya tarik untuk kesana.
ReplyDeleteIyya mb, ada magnetnya, hehe
DeleteBanduuuuung. My hometown and the city where I was born.
ReplyDeleteWah, smoga saya bisa main ke Bandung.
DeleteJogja kota yang bikin kangen untuk selalu kembali . . .
ReplyDeleteToss mis, hihi.
Delete4 dari 5 kota itu sudah pernah aku singgahi. Semuanya memberi kesan tersendiri tak bisa dibandingkan deh.
ReplyDeleteIyya mba, ada plus minusnya.
DeleteSaya belum pernah ke Batam. Wuihh lebih keras dari Jakarta kah mbak, Batam itu?
ReplyDeleteTapi budaya disiplinnya oke banget ya? Dah mirip Singapore aja ya mbak?
Iyya mb, bersih dan tertib.
DeleteUdah pernah ke Batam, sekitar tahun 2011. Sayang, foto2 akan kota itu hilang gara-gara si sulung menekan tombol "delete" pada kamera.
ReplyDeleteKapan kapan ke Batam lagi mb.
DeleteDuh jogja sama malang favorit saya banget selain bandung. Kaya semacam ada daya pikat tersendiri di ketiga kota itu
ReplyDeleteKira-kira apa ya, mba, daya pikatnya😀
DeleteKediri...karena saya lahir dan besar di sini, meski sudah kemana-mana maupun tinggal di luar negeri, Kediri bagi saya tetap ngangeni hihihi
ReplyDeleteTanah kelahiran ya mb
DeleteWah, pernah kerja di Batam juga ternyata. Saya 10 tahun di Batam, asli Malang, sekarang pun tinggal di Malang. Lanjut di WA aja ya nanti, hehe
ReplyDeleteWikk, hayuk mb tatiek
DeleteTiap daerah mempunyai ciri khas masing2 dan memori yg berbeda bagi seseorang
DeleteLho, asli Malang ya Bun. Kalau ke Malang kabar kabari ya. Semoga bisa meet up ��
ReplyDeleteHayuk mb eni, ajari ngeblog ya😍
DeleteLho dari Malamg ya mb? Yuk kpn2 ketemyan...
ReplyDeleteHayuk mbaak😍😍
DeleteBlum pernah ke Batam mbak, baru tau kalo gambarannya sekeras itu. Sekarang sy bersama suami menetap di Gresik meski lahir dan besar di Surabaya :)
ReplyDeleteMenurut sy keras tapi blm tentu buat orang lain, mb septi, hihi
Delete